A.
Organum –
Asal-usul Musik Polifon Abad 9-11
Musik
polifonik awal sering disebut organum.
Bukti ilmiah pertama musik polifon ditemukan dalam suatu karangan yang berasal
dari abad ke 9. Dalam zaman itu seorang biarawan yang bernama Johannes Scotus
Eriugena (810-883) mengarang suatu buku yang berjudul “De devisione nature”
artinya “Tentang pembagian alam”. Musik baru ini merupakan suatu
lambang sempurna dari keindahan kosmos (alam). Dirasa musik ini lebih sempurna
daripada musik masa dahulu. Musik ini telah diberi nama “organicum
melos”.
1.
Organun Awal
Pada pertengahan abad 9 di Perancis utara seorang
yang belum diketahui namanya menulis naskah dengan judul musica enchiriadis yang selalu digabung dengan naskah kedua
berjudul Scolica enchiriadis de musica.
Kedua naskah ini adalah
karangan pertama waktu abad pertengahan yang secara eksplisit membahas teknik
vokal dengan paduan suara yang disebut organum parallel.
2.
Organum Lama
Pada akhir abad 11 muncullah organum baru : vox
organalis kini tidak lagi terikat pada jarak tertentu, tetapi mendapat peranan
baru sebagai suara tersendiri; maka kedua suara dapat bergerak secara berlawanan,
boleh juga simpang-siur. Maka vox organalis disini mulai menjadi discantus : interval konsonan dan disonan dipakai secara
berganti-gantian; terdapat melisma kecil-kecil sebagai hiasan terutama pada
akhir baris. Sumber paling tua untuk organum macam ini ialah suatu
naskah anonim yang disebut Traktat
Milano dari tahun sebelum 1050.
Organum macam ini sering disebut discantus atau deschant (bahasa Perancis). Sebab dalam
praktek discantus ini dinyanyikan secara apal, biasanya dikatakan bahwa : “deschant
sur le livre”, artinya discantus menurut buku itu yang melulu memuat melodi
atau tenor.
3.
Organum Baru
Pertangahn abad 12 musik polifon masuk pada tahap
baru : organum tidak lagi
dibawakan secara improvisasi tetapi dikarang, dicatat dengan notasi yang pasti.
Organum yang baru diperkaya dengan melisma-melisma
sebagai berikut :
a.
Haltetonfaktur
atau organum dengan nada ditahan : satu sukukata/nada suara poko ditahan sedangkan suara organalis
mendapat suatu melisma panjang dengan suku kata yang sama.
b.
Discantusfaktur
atau organum dengan dua suara yang bergerak : secara silabis : kedua suara bergerak dalam irama sukukata;
atau secara melismatis : kedua suara mendapat melisma dan bergerak dalam iraman
melisma yang sering diulang-ulang bagaikan motif.
B.
Sekolah Notre
Dame 1163-1257
Gereja
katedral ‘Notre Dame’ di Perancis dibangun mulai 1163 sampai pada tahun 1257.
Sekolah penyanyi yang berpusat pada katedral tersebut mengalami suatu masa jaya
justru selama pembanguan katedral ‘Notre Dame’.
Sebagai
dirigen/komponis pertama ayng bertugas pada gereja ini ialah Leoninus. Gaya musiknya masih mirip dengan Saint Martial. Umumnya
komposisi-komposisinya memaki tenor atau Cantus
Firmus dengan sebuah lagu Gregorian, tetapi dengan memperpanjang nada-nada
yang lain, yaitu suara organalis memakai nada-nada yang sangat pendek.
Selain
perkembangan dibidang organum, pada masa sekolah ‘Notre Dame’ terdapat juga
beberapa pembaharuan lain. Mislnya timbul dua bentuk music lain disamping organum ialah Motetus, Conductus dan Rondellus.
1.
Motetus Abad
12-13
Nama jenis komposisi ini ternyata berasal dari kata
Perancis : “Mot”, tetapi dalam arti amsal, jadi bukan ‘kata’ saja. Gaya Motetus
ternyata sesuai dengan gaya organum “Saint Martial”. Suara pokok dengan lagu
Gregorian disebut tenor dan letaknya dibawah. Suara tengah disebut duplum atau metetus, suara diatasnya disebut triplum, akhirnya suara tertinggi disebut quadruplum.
2.
Conductus abad
12-13
Conductus selalu memakai teks yang sama pada semua
suara. Tetapi biasanya teks ini tidak dimaksudkan supaya dipakai pada ibadat
gereja, meskipun mula-mula suasana puisinya sangat bersifat keagamaan.
Melodi pokok atau
tenor (yang kini tempatnya paling bawah) tidak lagi dikutip dari khazanah musik
Gregorian, melainkan dikarang secara baru/asli, seperti halnya dengan
suara-suara tambahan, dalam bentuk baris-baris yang tetap. Irama tidak lagi
bersifat polyritmis, melainkan homoritmis, sehingga kesannya seolah-olah
Conductus merupakan music homophon.
3.
Rondellus
Selain Motetus dan Conductus terdapat juga lagu
tarian yang biasanya dinyanyikan dan ditarikan oleh siswa-siswa sekolah biara.
C.
Arsantiqua
1240-1320
Istilah
Ars antiqua baru muncul tahun 1320
sebagai lawan untuk Ars nova yang
menyusul. Organum sekolah Notre Dame masih dipakai namun tidak ada ciptaan
baru. Conductus masih disenangi, namun sedikit demi sedikit diganti dengan
Motetus. Musik polifon nengandaikan pengetahuan khusus maka ditangani oelh para
ahli. Istilah Ars antiqua dan Ars nova hanya memperhatikan music polifon
saja.
1.
Motetus di Masa
Ars Antiqua
Dari clausula sekolah Notre Dame berkembang motetus
baru : Mula-mula motetus Ars
antiqua memakai bahasa latin dengan syair rohani. Maka dipakai dalam ibadat
sebagai lagu selingan khususnya pada akhir ibadat. Namun kemudian syair diganti
dengan bahasa Perancis dan isinya duniawi (tak jarang erotis) dan tempatnya di
luar gereja. Dibawakan oleh beberapa solis dan diiringi dengan instrument.
Tenor selalu dibawakan secara instrumental. Dibedakan :
a.
Motetus
sederhana dengan dua suara : tenot serta duplum/motets :
Suara duplum/motetus : syair
Suara tenor : instrumental
b.
Motetus dobel
dengan 3 suara : tenor, motetus dan triplum; 2 suara atas dengan syair yang
berbeda-beda. Syair triplum selalu lebih banyak daripada syair duplum, maka
lagunya lebih lincah. Bentuk inilah yang terbanyak diantara bentuk motetus.
Suara triplum : bahasa Perancis
Suara duplum/motetus : bahasa latin
Suara tenor : instrumental
c.
Motetus tripel
dengan 4 suara : seperti yang diatas, ditambah quadruplum.
Suara quadruplum : syair C,
Suara triplum : syair B
Suara duplum/motetus : syair A
Suara tenor :
instrumental
d.
Motetus
conductus dengan 3-4 suara : tenor dan suara-suara lain memakai syair yang
sama, maka dicocokkan pula secara ritmis. Tenor di sini terdiri dari sebuah lagu Gregorian yang
diberi irama tertentu. Lain dengan Tenor dalam conductus sekolah Notre Dome,
dimana tenor dikuasai oleh ritmik modal dan menjadi lagu berbait.
Suara quadruplum : syair A
Suara triplum : syair A
Suara duplum/motetus : syair A
Suara tenor :
syair A
2.
Pierre de la
Croix (akhir abad ke 13)
Pierre de la Croix adalah seorang seniman terkenal
dalam sejarah music sebab beliaulah untuk pertama kali tidak memakai lagi
sistim ritmik modal. Lebih-lebih
paduan suara yang tertinggi, yaitu pada triplum, komponis ini mulai
mempergunakan suatu ritmik yang sangat bebas, sehingga suara ini bersifat
sejenis “parlando”. Maka dari itu
suara triplum pada komposisi de la Croix sering menirukan sifat rhapsodis/spontan-emosional yang dapat dijumpai
pada improvisasi-improvisasi musik Traubadour. Suatu kelainan yang juga
terdapat pada ritmik Pierre de la Croix jika ritmik ini dibandingkan dengan “ritmik modal’, ialah bahwa beliau tidak
memakai hanya satu modus irama saja pada suatu komposisi yang sama.Pada de la
Croix sistim ritmik lama (ritmik modal) telah ditinggalkan. Maka dari itu terasa
perlunya system notasi musik baru yang menunjukkan panjangnya suatu nada.
3.
Notasi Mensural
Notasi mensural : notasi dengan ukuran. Orang pertama yang menguraikan
notasi baru ini ialah Franco dari Koln
dalam karangannya Ars cantus
mensurabilis.
Notasi mensural adalah metode untuk menentukan
panjangnya nada-nada sesuai dengan proporsi tertentu sehingga panjangnya sebuah
nada dapat diukur. Lawannya cantus mensurabilis ialah cantus planus atau musik
Gregorian yang nadanya tidak dapat diukur tetapi bersifat bebas.
D.
Musik Polifon
Inggris Abad 13
Inggris
dipengaruhi oleh sekolah ‘Notre Dame’ Perancis. Hal ini Nampak dalam naskah fragmen Worcester yang berasal dari sebuah
sekolah nyanyi di sekitar katedral Worcester abad 13-14. Semenjak abad 12
rupanya Inggris sudah terdapat kebiasaan menyanyi dengan pararel terts, sekst
dan decim. Teknik bernyanyi dengan terts dan sekst pararel disebut Gymel. Biasanya kata ini dipakai dalam
kombinasi dengan kata latin lain “cantus” menjadi “Cantus gemellus”, yaitu : “Nyanyian dengan suara
kembar”. Musik paling unik yang dihasilkan oleh sekolah nyanyi Worcester
dan yang akan sangat mempengaruhi perkembangan musi polifon seluruh Eropa,
berupa sebuah kanon dengan judul Summer
is icumen in pada tahun 1240.
E.
Ars Nova
1320-1380
Ars
nova dipakai untuk membedakannya dengan musik dari masa sebelumnya yang untuk
pertama kali disebut ars antiqua/seni lama.
Adapun
hal-hal yang baru dari ars nova, yaitu :
1.
Perkembangan
notasi mensural
a.
Semi brevis, nada paling pendek dalam notasi
mensural ars antiqua, dibagi dalam nada-nada yang lebih pendek lagi :
satu semi brevis dibagi dalam 3 minima.
Selama abad 14 Minima dibagi
lagi ke dalam 2 semi minima.
b.
Terdapat dua
kemungkinan untuk membagi suatu nada :
-
Dibagi tiga =
birama terner, disebut tempus perfectum;
-
Dibagi dua =
birama biner, disebut tempus imperfectum.
2.
Isoritmik
Ada beberapa pembaharuan birama. Yang pertama ialah isoritmik : ritmik yang didasari suatu kesamaan.
Keistimewaan ritmik baru ini dapat dimengerti bila dilihat dalam dua prinsip
pokok isoritmik ialah :
a.
Prinsip talea
Suara
tenor dibagi dalam beberapa potongan tertentu (misalnya 3 birama) yang iramanya
kemudian diulang-ulang. Jadi
pemotongannya bukan menurut susunan melodi.
b.
Prinsip color
Dalam
hal ini nada-nada melodi potongan suara tenor diulangi namun iramanya dirubah,
misalnya 3 birama menjadi 2 birama. Jadi melodinya persis sama, tetapi ritmis benar-benar berbeda.
3.
Isoperiodik
Untuk mengatur juga suara-suara atas sesuai dengan
potongan lagu tenor, maka dalam melodi suara-suara lain disisipkan istrirahat
pada saat-saat yang selalu sama. Namun isoperiodik tidak peduli akan melodi. Ia hanya dipakai sebagai
teknik komposisi saja. Sistim isoperiodik merupakan suatu pembaharuan
terhadap ritmik masa Ars Antiqua, namun isoritmik Ars nova, tidak bertahan
lama. Pada permulaan abad ke 15 diganti dengan teknik komposisi yang jauh lebih
bebas dari sistim ritmiknya, mungkin sebab isoritmik terlalu matematis, kurang
estetis.
4.
Motetus ars nova
Motetus adalah jenis komposisi utama dari ars nova.
Isinya tentang cinta asmara, politi, situasi social dan lain-lain. Motetus menjadi bentuk seni umum.
Khusus motetus isoritmis selama 150 tahun menjadi musik tradisional untuk
perayaan tinggi. Suaranya tercampur vokal
dan instrumental :
Triplum menjadi cantus (sopran)(suara anak atau suara pria tinggi) dalam irama
cepat.
Motetus menjadi
suara pokok untuk Alto dalam gerakan yang seimbang.
Tenor menjadi
suara bawah dengan nada-nada panjang dan dibawakan secara instrumental.
Kadang-kadang ditambah dengan contratenor
yang serupa.
5.
Lagu discantus
Jenis komposisi ini terdiri dari suara atas yang
dibawakan secara vocal, serta 1-3 suara iringan instrumental. Lagu discantus
Ars nova berupa nyanyian refren (Ballada, Rondeau dan Virelai). Kebanyakan lagu
discantus adalah Ballada.
6.
Ballada
Ballada biasanya dimulai dengan bagian pembukaan dan
disusul dengan 3 bait dengan refren. Suara atas (cantus) dibawakan dengan
vocal, dua suara bawah (tenor dan contratenor) dibawakan secara instrumental.
Susunan ini disebut Kantilenensatz. Suara tenor bukan lagi diambil dari
lagu tradisional (misalnya lagu Gregorian) tetapi dicipta baru secara bebas.
7.
Chasse
Mula-mula chasse berarti : nyanyian yang mengiringi
pembaharuan margasatwa. Pada taraf selanjutnya chasse makin menjadi tiruan dari
pembaharuan dalam musik, antara lain dengan memakai bentuk musik kanon, biasanya dengan 3 suara. Sedangkan isi syair biasanya
menceritakan tentang musim semi atau juga tentang kecaran hewan waktu
pemburuan.
Di Italia komposisi ini sangat digemari. Disana
dinamakan : caccia dengan arti yang persis dengan Chasse.
8.
Ordinarium
Missae
Mulai abad 14 diciptakan setelan misa (ordinarium)
untuk paduan suara. Adapun pengolahan lagu Gregorian untuk paduan suara
berbeda-beda :
a.
Pengolahan lagu
Gregorian : untuk lagu dengan teks banyak seperti Gloria dan Credo, maka lagu
Gregorian terletak pada tenor, namun bebas. Suara-suara tersusun secara sederhana, biasanya akordis,
semua suara memakai teks yang sama.
b.
Motetus : Khusunya Kyrie dan Agnus Dei biasanya disusun
sebagai motetus, dengan lagu Gregorian pada Tenot namun diolah seperti biasa
dalam motetus.
c.
Kantilenensatz :
dipakai untuk lagu dengan banyak kata, namun tanpa lagu Gregorian. Suara atas
mendapat suara pokok yang diciptakan secara bebas; kadang-kadang terdapat juga
tiruan sebuah lagu Gregorian dalam suara atas. Setelan-setelan ordinarium
mula-mula belum merupakan suatu kesatuan musikal.
F.
Polofoni Di
Italia : Trecento pada Abad 13-14
Selain
Perancis, Ars nova diambil alih oleh negara-negara Eropa lain, terutama oleh
komponis-komponis dan ahli-ahli teori musik Italia. Musik tahun 1300an di
Italia mendapat nama khusus : Trecento yang
berarti “Tigabelas”.
Yang
diutamakan ialah musik profan/duniawi,
untuk suara pria tinggi serta iringan instrumental. Penyair utama waktu itu
adalah Petrarca (1302-1374), Boccaccio (1313-1375), dan Sacchetti (1335-1400).
Sangat digemari oleh orang-orang Italia abad 14 bentuk Ballada yang dalam
bahasa Italia disebut Ballata, bentuk Chasse, yang dalam bahasa Italia disebut Caccia.
Namun
selain itu di Italia muncul pula beberapa bentuk musik profan baru, yang paling dominan ialah Madrigal.
1.
Madrigal
Nama bentuk musik ini berasal dari gembala-gembala
yang biasanya menyanyikan lagu-lagu tertentu pada kawanannya yang dalam bahasa
Italia disebut “mandra”; maka dari itu nyanyian baru ini disebut mandriale atau madriale atau madrigal.
Menurut
strukturnya, madrigal biasanya terdiri dari dua bagian yang sangat berbeda
iramanya. Bagian pertama sering meliputi dua bait yang bersifat seolah-olah
pertanyaan, sedangkan bagian kedua yang disebut ritornello dimaksudkan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
2.
Caccia
Umunnya terdiri dari dua suara atas dalam kanon
(dengan prim) yang dengan lagu hidup membawa syairnya, sedangkan suara bawah adalah
instrument yang tenang. Umumnya caccia terdiri dari dua bagian : bagian pertama
yang cukup panjang disusul dengan ritornello yang singkat.
3.
Ballata
Sejak 1365 Ballata menjadi bentuk utama dan
menggeser madrigal. Terdapat dua kemungkinan :
Susunan dua suara sesuai dengan Madrigal : kedua
suara memakai teks yang sama; namun terdapat juga kemungkinan bahwa satu suara
dibawakan secara instrumental.
Untuk susunan
dengan 3 suara terdapat beberapa kemungkinan :
-
Dua suara pria tinggi dengan suara instrumental (Contratenor);
-
3 suara vokal;
-
Satu suara vokal (cantus) diiringi dengan dua suara
instrumental dengan memakai teknik imitasi.
G.
Musik
Instrumental Abad Pertengahan
Bunyi
alat musik abad pertengahan cukup tinggi (wilayah nada sopran sampai Tenor) dan
keras; nada-nada bass tidak ada. Tidak ada orkes dengan bunyi yang memadai,
tetapi hanya terdapat ansambel solis dengan bunyi campur dari alat dawai, tiup
dan perkusi.
Hampir selalu pemain berimprovisasi
berdasarkan patokan-patokan tertentu. Hanya dalam musik polifon alat mendapat part
sendiri dengan notnya. Musik instrumental murni jarang dipakai – umumnya berupa
musik yang dikarang untuk vokal. Kecuali organis, para pemain umumnya berstatus
sebagai karyawan istana, atau orang yang berkeliling (circus, dll). Alat yang dipakai :
Harpa, lira,
psalterium, lute, fiola (fiedel, geige), organistrum (Drehleier), monochord,
horen, trompet, bomhart, flute, orgel (portative dan positif), gendang, pauken
kecil, cymbal, triangle, lonceng, rattle.
No comments:
Post a Comment